AS: Pandemi Meningkatkan Risiko Inflasi Tinggi – CE

Dengan inflasi yang terus-menerus di bawah target 2% selama dekade terakhir, para ekonom di Capital Economics telah lama berpendapat bahwa deflasi hanya akan terjadi satu kali resesi lagi. Namun, karena beberapa faktor yang membuat resesi tahun ini unik, bukan itu yang membuat perekonomian mengalami deflasi. Ekspektasi inflasi sudah terbangun.

Kutipan utama 

“Pandemi telah meningkatkan kemungkinan bahwa AS pada akhirnya akan mengalami periode inflasi tinggi, terutama karena kami memperkirakan Fed kurang berkomitmen untuk memastikan stabilitas harga di masa depan. Beban hutang publik yang lebih tinggi, pertumbuhan angkatan kerja global yang lebih lambat dan kemungkinan bahwa globalisasi akan dibalik sebagian, merupakan alasan tambahan untuk mengharapkan inflasi meningkat secara bertahap dalam jangka panjang menjadi 3% atau 4%. Setiap tekanan deflasi dari teknologi kemungkinan akan diredam, sementara beberapa faktor unik yang terkait dengan pandemi berarti bahwa risiko penurunan deflasi dalam waktu dekat rendah."

“Karena penguncian memicu penurunan baik dalam produksi maupun pengeluaran, dengan yang terakhir pulih lebih cepat daripada sebelumnya, persediaan sangat kurus untuk tahap siklus ekonomi ini, yang memberikan tekanan ke atas pada harga barang. Selain itu, pembatasan jarak fisik yang sedang berlangsung telah meningkatkan biaya dan mengurangi pasokan di banyak sektor jasa. Akibatnya, kami memperkirakan inflasi umum menjadi rata-rata 2,5% tahun depan, sebelum turun kembali ke 2,2% pada tahun 2022. Inflasi inti seharusnya rata-rata 2,3% tahun depan dan kemudian turun kembali ke 2,2% pada tahun 2022.”